Midodareni
Warisan budaya yang sarat akan makna
oleh : Melanti Rizkiyah
Di
dalam Paradigma masyarakat Jawa, perkawinan bukan sebatas proses legalisasi
hubungan antara laki-laki dan perempuan. Lebih dari itu, perkawinan merupakan
penyatuan dua keluarga yang didasari unsur pelestarian tradisi. Karena itu
masyarakat Jawa sering menggunakan beragam pertimbangan, dari bibit ( latar
belakang keluarga yang baik ), bebet ( Mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga ),
dan bobot ( berkualitas, bermental baik, bertanggung jawab dan berpendidikan
cukup ).
Didalam
pernikahan itu sendiri, banyak prosesi yang harus dilakukan, diantaranya adalah
midodareni. Midodareni adalah malam
sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin.
Sedangkan menurut kamus bahasa Jawa, midodareni yaiku lek-lekan ( tirakatan ) ngarepake ketemuning penganten.
Acara ini dilakukan dirumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada
acara nyantrik. Untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam
akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan
benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan pada hari berikutnya.
Midodareni,
berasal dari kata widodareni ( bidadari ), lalu menjadi midodareni yang berarti
membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Suatu prosesi pasti ada sebab yang menjadikan
prosesi itu ada. Seperti pada prosesi midodareni terdapat sebab yang menjadikan
proses midodareni itu ada. Midodareni mempunyai keterkaitan dengan cerita Jaka
Tarub dengan Dewi Nawang Wulan.
Khayangan salendra bawana
Widadari samya kentar saking
patamanan kahyangan
Widadari nglanglang jagad
Widadari adus wonten ing telenging
talaga
Jaka Tarub nyidra busana
Jaka Tarub
dhaup kaliyan widadari dewi Nawang Wulan
Peputi Dewi
Nawangsih
Badharing wewadhi
kasekten widadari
Jaka Tarub
gawe lesung saha alu kangge nutu pari
Dewi Nawang
Wulan manggihaken busananipun ing lumbung
Dewi Nawang
Wulan wangsul ing alam kawidodaren
Dewi Nawang
Wulan weling sawancanipun Dewi Nawangsih palakrama
Sang dewi
piyambak ingkang badhe paring sumbaga
Syaratipun kedah
dipun samaptakaken kembar mayang
Dalam bait tersebut sudah jelas diceritakan kisah
perjalanan Jaka Tarub dengan Dewi Nawang Wulan. Dari awal, para bidadari
kahyangan yang turun ke bumi, lalu kemudian melihat keindahan dari telaga yang
berada di tengah hutan. Jaka Tarub mencuri salah satu busana dari bidadari yang
sedang mandi di telaga itu. Karena telah menolong salah seorang bidadari dengan
meminjamkan baju, maka Nawang Wulan , nama bidadari tersebut menjadi istri dari
Jaka Tarub. Seiring perjalanan waktu, keduanya dikaruniai anak, bernama Dewi
Nawangsih. Oleh karena kesalahan dari Jaka Tarub sendiri, Dewi Nawang Wulan
menemukan baju bidadarinya yang sebenarnya disembunyikan oleh Jaka Tarub.
Sehingga Dewi Nawang Wulan bisa terbang kembali ke Kahyangan. Sebelum terbang
kembali ke Kahyangan Dewi Nawang Wulan berpesan bila nanti anaknya telah dewasa
dan akan menikah agar disediakan kembang mayang, janur
dengan manuk-manukan
,
pecut pecutan, dan bermacam-macam dedaunan dan bunga.Cerita tersebut
oleh orang jawa diadopsi sebagai acara midodareni. Dengan harapan agar calon
pengantin agar menjelma layaknya seorang bidadari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar