Selasa, 10 Juni 2014

Karna Tandhing

“ Karna Tandhing”

            Bahwa lakon ini masih bercerita mengenai berlangsungnya perang Bharatayuda di medan Kuruseta. Dimana dari lakon tersebut, kita dapat  mengambil beberapa nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
            Diantaranya, di kala kita mendapatkan musibah yang itu sangat berata sekali bagi kita, itu sah-sah saja untuk bersedih, namun janganlah biarkan hal itu sampai berlarut-larut, kita harus segera untuk bangkit dari keterpurukan. Senantiasa memohon anugerah kepada Sang Maha Tunggal, dan mencoba untuk melapangkan hati dengan berpikir bahwa setiap makhluk yang hidup di dunia telah mempunyai jalan dan saat kematiaanya sendiri-sendiri.
            Yang berikutnya adalah bahwa kehidupan ini diwarnai dengan sisi negatif dan sisi positif. Ada yang berlaku bijak, adapula yang berlaku licik. Guna menghadapinya diperlukan suatu laku waspada, karena bagaimanapun kondisi kita, dimanapun kita berada, kita harus senantiasa waspada. Jangan sampai kita lengah  dan akhirnya nanti akan tergilas, karena kelicikan itu bisa datang dari arah manapun dan oleh siapapun.
            Laku yang patut kita tiru selanjutnya adalah laku ksatria, laku ksatria harus dijunjung tinggi, suatu perkelahian dalam peperangan harus dilakukan satu lawan satu, tidak boleh mengeroyok. Tidak boleh menyerang dari belakang, dan dalam menyerang hanya boleh pada bagian pinggang ke atas. Musuh yang dalam keadaan tidak bersenjata, tidak boleh dilukai, apalagi dibunuh serta binatang tunggangan juga tidak boleh sebagai sasaran senjata.
            Laku ksatria adalah laku yang adiluhung, yang sepertinya harus dijadikan panutan, terutama untuk para pemimpin yang memegang tonggak kekuasaan yang akhir-akhir ini sedang mengalami krisis kepemimpinan.
            Yang terakhir dalam pembahasan kali ini adalah berpikir dahulu sebelum bertindak. Kita harus senantiasa berpikir masak-masak terlebih dahulu, agar tidak sampai terjadi kesalahpahaman dan akhirnya bertindak yang berakibat pada kefatalan.
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan. Dalam hidup, kita kita harus siap untuk berjuang, dalam hidup kita harus siap untuk berkorban.

Dan dari semuanya itu pasti ada timbal-balik antara perbuatan dan hasil yang dicapai. Karma itu ada dan karma itu nyata. “Sing nandur jagung tukul jagung, ngunduh wohing pakerti”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar