“ Karna Tandhing”
Bahwa lakon ini masih bercerita
mengenai berlangsungnya perang Bharatayuda di medan Kuruseta. Dimana dari lakon
tersebut, kita dapat mengambil beberapa
nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Diantaranya, di kala kita
mendapatkan musibah yang itu sangat berata sekali bagi kita, itu sah-sah saja
untuk bersedih, namun janganlah biarkan hal itu sampai berlarut-larut, kita
harus segera untuk bangkit dari keterpurukan. Senantiasa memohon anugerah
kepada Sang Maha Tunggal, dan mencoba untuk melapangkan hati dengan berpikir
bahwa setiap makhluk yang hidup di dunia telah mempunyai jalan dan saat
kematiaanya sendiri-sendiri.
Yang berikutnya adalah bahwa
kehidupan ini diwarnai dengan sisi negatif dan sisi positif. Ada yang berlaku
bijak, adapula yang berlaku licik. Guna menghadapinya diperlukan suatu laku
waspada, karena bagaimanapun kondisi kita, dimanapun kita berada, kita harus
senantiasa waspada. Jangan sampai kita lengah
dan akhirnya nanti akan tergilas, karena kelicikan itu bisa datang dari
arah manapun dan oleh siapapun.
Laku yang patut kita tiru
selanjutnya adalah laku ksatria, laku ksatria harus dijunjung tinggi, suatu
perkelahian dalam peperangan harus dilakukan satu lawan satu, tidak boleh
mengeroyok. Tidak boleh menyerang dari belakang, dan dalam menyerang hanya
boleh pada bagian pinggang ke atas. Musuh yang dalam keadaan tidak bersenjata,
tidak boleh dilukai, apalagi dibunuh serta binatang tunggangan juga tidak boleh
sebagai sasaran senjata.
Laku ksatria adalah laku yang
adiluhung, yang sepertinya harus dijadikan panutan, terutama untuk para
pemimpin yang memegang tonggak kekuasaan yang akhir-akhir ini sedang mengalami
krisis kepemimpinan.
Yang terakhir dalam pembahasan kali
ini adalah berpikir dahulu sebelum bertindak. Kita harus senantiasa berpikir
masak-masak terlebih dahulu, agar tidak sampai terjadi kesalahpahaman dan
akhirnya bertindak yang berakibat pada kefatalan.
Hidup
adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan. Dalam hidup, kita kita harus siap
untuk berjuang, dalam hidup kita harus siap untuk berkorban.
Dan
dari semuanya itu pasti ada timbal-balik antara perbuatan dan hasil yang
dicapai. Karma itu ada dan karma itu nyata. “Sing nandur jagung tukul jagung, ngunduh wohing pakerti”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar