Selasa, 10 Juni 2014

Bambang Ekalaya


Bambang Ekalaya

            Diceritakan ada seorang bernama Bambang Ekalaya yang sedang mencari seorang guru. Bambang Ekalaya sangat ingin belajar, berguru. Dia mendengar cerita tentang seorang guru bernama Dorna, guru para putra keluarga Bharata. Dia sangat tertarik dengan guru Dorna dan sangat igin sekali menjadi murid dari guru Dorna. Dicarinya Dorna dengan susah payah, ditempuhnya dengan perjalanan yang sangat panjang. Semua itu dijalaninya demi dapat menjadi murid seorang Dorna, apapun akan ia lakukan. Sampai pada negri Astina, Bambang Ekalaya mengutarakan maksutnya untuk bisa jadi murid sang Dorna.
            Dorna yang memiliki sifat kurang terpuji, yaitu hanya mau menerima murid dari kalangan ksatriya, anak-anak para pembesar, melihat seseorang yang sama sekali bukan termasuk dari kalangan ningrat langsung ditolaknya untuk bisa menjadi muridnya. Namun Bambang Ekalaya tidak begitu saja menyerah dengan keadaan, ia berjanji akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sang Dorna demi bisa berguru dengan guru Dorna. Lalu Dorna berkata, yang sebenarnya ingin melenyapkan Bambang Ekalaya, ia berkata bahwasanya ia ingin menjadi muridnya, maka ia harus memotong jari kelingkingnya.
            Demi baktinya sang Ekalaya kepada guru Dorna, maka ia rela untuk memotong jari kelingkingnya. Namun tidak berhenti sampai sini sang Ekalaya untuk bisa menjadi murid sang Dorna. Diusirnya Bambang Ekalaya, namun bagi Bambang Ekalaya itu bukan sebagai pengusiran atas dirinya, namun itu sebagai titah dari sang guru.
            Pergilah Bambang Ekalaya guna memenuhi permintaan dari guru Dorna. Ditengah hutan yang lebat. Disitulah Bambang Ekalaya benar-benar menempa diri, karena sangat berbaktinya kepada guru Dorna, maka ia membuat patung sebagai pengganti gurunya yang tidak bisa mengajarinya langsung. Dihadapan patung gurunya itulah, Bambang Ekalaya berlatih, seakan-akan guru Dornalah yang mengajarinya.
            Bertahun-tahun lamanya Bambang Ekalaya belajar, hingga kemampuannya menyamai kemampuan dari murid-murid yang diajarnya secara langsung.
            Hingga pada suatu ketika, Arjuna, murid dari guru Dorna sedang berburu di hutan dimana Bambang Ekalaya tinggal. Ketika panah Arjuna mengenai buruannya, pada saat yang sama juga, ada panah milik orang lain yang juga mengenai binatang buruannya. Panas hati Arjuna demi melihat ada panah orang lain yang mengenai binatang buruannya. Ditantangnya Bambang Ekalaya untuk mengadu ketangkasan memanah. Keduanya mengerahkan segala kemampuan mereka dalam ketangkasan memanah.
            Ketangkasan Arjuna masih kalah dengan Bambang Ekalaya, ternyata Bambang Ekalaya lebih unggul daripada Arjuna. Panas hati Arjuna, padahal gurunya, sang Dorna pernah berkata bahwa dirinyalah pemanah yang paling hebat, namun pada kenyataanya mengapa ada orang lain yang jauh lebih tangkas dari dirinya, dan sekarang ada sesesorang yang mengaku murid dari Dorna, lalu sang Arjuna berpikir bahwa guru Dorna benar-benar memilki murid lain. Pulanglah ia ke istana dan melaporkan segala yang dialaminya itu kepada gurunya. Guru Dorna heran demi mendengar perkataan muridnya. Ia sangat ingin tahu, siapa yang berani mengungguli kemampuan dari muridnya sendiri. Lalu ditanyainya dimana ia bertemu dengan seorang yang mengaku murid dari dirinya. Arjuana menjawab, bahwa ia tinggal disuatu hutan.
            Berangkatlah Arjuna beserta guru Dorna untuk menemui orang yang mengaku sebagai murid Dorna. Berbahagialah Bambang Ekalaya melihat guru idamannya datang mengunjunginya. Awalnya sang Dorna tidak mengingat Bambang Ekalay, namun setelah diceritakan oleh Ekalaya, bahwa ia yang pernah datang pada guru Dorna untuk meminta menjadi gurunya, guru Dorna barulah sadar.

            Guru Dorna mulai menyusun siasat agar bisa melenyapkan Bambang Ekalaya agar tidak menjadikan kecewa murid kesayangannya yaitu Arjuna. Disuruhnya keduaya untuk mengadu ketangkasan bermain panah dihadapan guru Dorna. Pada awalnya, Bambang Ekalaya selalu lebih daripada Arjuna, kemudian guru Dorna tahu dimana letak kekuatan dari Bambang Ekalaya, yaitu pada cincin, yaitu cincin Ampal yang dipakai oleh Bambang Ekalaya. Guru Dorna menginginkan cincin tersebut, Bambang Ekalaya rela menyerahkan cincin tersebut yang sejatinya merupakan pusakanya kepada guru Dorna. Disinilah Bambang Ekalaya terkalahkan oleh Arjuna. Kemudian Bambang Ekalaya diperintahkan untuk merendam diri, disitulah Bambang Ekalaya kemudian meninggal. Arwah Ekalaya bersumpah bahwa ia akan menjemput Dorna agar bisa bersama-sama dengan guru Dorna, yang nantinya guru Dorna akan mati ditangan Drestajumena karena sumpah dari Bambang Ekalaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar