Bambang
Ekalaya
Diceritakan
ada seorang bernama Bambang Ekalaya yang sedang mencari seorang guru. Bambang
Ekalaya sangat ingin belajar, berguru. Dia mendengar cerita tentang seorang
guru bernama Dorna, guru para putra keluarga Bharata. Dia sangat tertarik
dengan guru Dorna dan sangat igin sekali menjadi murid dari guru Dorna.
Dicarinya Dorna dengan susah payah, ditempuhnya dengan perjalanan yang sangat
panjang. Semua itu dijalaninya demi dapat menjadi murid seorang Dorna, apapun
akan ia lakukan. Sampai pada negri Astina, Bambang Ekalaya mengutarakan
maksutnya untuk bisa jadi murid sang Dorna.
Dorna
yang memiliki sifat kurang terpuji, yaitu hanya mau menerima murid dari
kalangan ksatriya, anak-anak para pembesar, melihat seseorang yang sama sekali
bukan termasuk dari kalangan ningrat langsung ditolaknya untuk bisa menjadi
muridnya. Namun Bambang Ekalaya tidak begitu saja menyerah dengan keadaan, ia
berjanji akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sang Dorna demi bisa
berguru dengan guru Dorna. Lalu Dorna berkata, yang sebenarnya ingin
melenyapkan Bambang Ekalaya, ia berkata bahwasanya ia ingin menjadi muridnya,
maka ia harus memotong jari kelingkingnya.
Demi
baktinya sang Ekalaya kepada guru Dorna, maka ia rela untuk memotong jari
kelingkingnya. Namun tidak berhenti sampai sini sang Ekalaya untuk bisa menjadi
murid sang Dorna. Diusirnya Bambang Ekalaya, namun bagi Bambang Ekalaya itu
bukan sebagai pengusiran atas dirinya, namun itu sebagai titah dari sang guru.
Pergilah
Bambang Ekalaya guna memenuhi permintaan dari guru Dorna. Ditengah hutan yang
lebat. Disitulah Bambang Ekalaya benar-benar menempa diri, karena sangat
berbaktinya kepada guru Dorna, maka ia membuat patung sebagai pengganti gurunya
yang tidak bisa mengajarinya langsung. Dihadapan patung gurunya itulah, Bambang
Ekalaya berlatih, seakan-akan guru Dornalah yang mengajarinya.
Bertahun-tahun
lamanya Bambang Ekalaya belajar, hingga kemampuannya menyamai kemampuan dari
murid-murid yang diajarnya secara langsung.
Hingga
pada suatu ketika, Arjuna, murid dari guru Dorna sedang berburu di hutan dimana
Bambang Ekalaya tinggal. Ketika panah Arjuna mengenai buruannya, pada saat yang
sama juga, ada panah milik orang lain yang juga mengenai binatang buruannya.
Panas hati Arjuna demi melihat ada panah orang lain yang mengenai binatang
buruannya. Ditantangnya Bambang Ekalaya untuk mengadu ketangkasan memanah.
Keduanya mengerahkan segala kemampuan mereka dalam ketangkasan memanah.
Ketangkasan
Arjuna masih kalah dengan Bambang Ekalaya, ternyata Bambang Ekalaya lebih
unggul daripada Arjuna. Panas hati Arjuna, padahal gurunya, sang Dorna pernah
berkata bahwa dirinyalah pemanah yang paling hebat, namun pada kenyataanya
mengapa ada orang lain yang jauh lebih tangkas dari dirinya, dan sekarang ada
sesesorang yang mengaku murid dari Dorna, lalu sang Arjuna berpikir bahwa guru
Dorna benar-benar memilki murid lain. Pulanglah ia ke istana dan melaporkan
segala yang dialaminya itu kepada gurunya. Guru Dorna heran demi mendengar
perkataan muridnya. Ia sangat ingin tahu, siapa yang berani mengungguli
kemampuan dari muridnya sendiri. Lalu ditanyainya dimana ia bertemu dengan
seorang yang mengaku murid dari dirinya. Arjuana menjawab, bahwa ia tinggal
disuatu hutan.
Berangkatlah
Arjuna beserta guru Dorna untuk menemui orang yang mengaku sebagai murid Dorna.
Berbahagialah Bambang Ekalaya melihat guru idamannya datang mengunjunginya.
Awalnya sang Dorna tidak mengingat Bambang Ekalay, namun setelah diceritakan
oleh Ekalaya, bahwa ia yang pernah datang pada guru Dorna untuk meminta menjadi
gurunya, guru Dorna barulah sadar.
Guru
Dorna mulai menyusun siasat agar bisa melenyapkan Bambang Ekalaya agar tidak
menjadikan kecewa murid kesayangannya yaitu Arjuna. Disuruhnya keduaya untuk mengadu
ketangkasan bermain panah dihadapan guru Dorna. Pada awalnya, Bambang Ekalaya
selalu lebih daripada Arjuna, kemudian guru Dorna tahu dimana letak kekuatan
dari Bambang Ekalaya, yaitu pada cincin, yaitu cincin Ampal yang dipakai oleh
Bambang Ekalaya. Guru Dorna menginginkan cincin tersebut, Bambang Ekalaya rela
menyerahkan cincin tersebut yang sejatinya merupakan pusakanya kepada guru
Dorna. Disinilah Bambang Ekalaya terkalahkan oleh Arjuna. Kemudian Bambang
Ekalaya diperintahkan untuk merendam diri, disitulah Bambang Ekalaya kemudian
meninggal. Arwah Ekalaya bersumpah bahwa ia akan menjemput Dorna agar bisa
bersama-sama dengan guru Dorna, yang nantinya guru Dorna akan mati ditangan
Drestajumena karena sumpah dari Bambang Ekalaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar